Warta-gereja.com – Salatiga – Setelah melewati proses panjang dan beragam tantangan, Bidang Pembinaan Warga Gereja (PWG) Sinode Gereja Kristen Jawa (GKJ), akhirnya berhasil menyelesaikan Buku Khotbah Jangkep Tahun 2025.
Buku yang bertema “Gereja yang Berdoa dan Bekerja,” sejalan dengan tema Sidang XXIX Sinode GKJ, menekankan pentingnya doa dan kerja sebagai fondasi guna mencapai pembaruan dan pemulihan. Lihat link : https://warta-gereja.com/2024/02/12/gereja-yang-berdoa-dan-bekerja-menjadi-tema-penulisan-khotbah-jangkep-tahun-2025-sinode-gereja-gereja-kristen-jawa/
Ketua Bidang PWG Sinode GKJ, Pdt. Erni Ratna Yunita, M.Si, menyampaikan harapannya agar Buku Khotbah Jangkep bisa menjadi teman dialog bagi para pendeta, penatua, dan diaken dalam mempersiapkan khotbah.
“Harapan saya, Buku Khotbah Jangkep menjadi teman dialog bagi para pendeta GKJ dan pengkhotbah non-pendeta dalam mempersiapkan pelayanan khotbah,” ujar Pdt. Erni.
Dalam proses penyusunan, Pdt. Erni mengakui ada beberapa kendala, terutama terkait dengan pengumpulan naskah yang terlambat. “Keterlambatan ini menyulitkan proses editing, sehingga hasilnya kurang maksimal,” tambahnya.
Salah satu penulis Buku Khotbah Jangkep, Pdt. Marya Sri Hartati, M.Th, menyatakan bahwa tantangan utama menulis Khotbah Jangkep adalah tanggung jawab besar, karena naskah ini digunakan oleh jemaat dari berbagai latar belakang, termasuk mereka yang bukan berlatar belakang teologi.
“Menulis Khotbah Jangkep sama seperti menulis khotbah lainnya, tetapi dengan tanggung jawab lebih besar karena digunakan sebagai panduan mewartakan Firman Tuhan,” jelas Pdt, Marya.
Menurutnya, penulis perlu kreatif dalam menyusun khotbah dengan tetap menjaga kualitas dan otentisitas. “Penulis dituntut untuk melakukan tafsir, menjaga kesinambungan antar bacaan, memilih kata yang tepat, dan memastikan naskah mudah dipahami oleh pembaca,” tambahnya.
Pdt. Samuel Juta Damar, S.Si, penulis lainnya, mengakui bahwa proses menulis Khotbah Jangkep cukup menantang, karena harus menjawab tantangan tahun 2025. Ada kemudahan, namun ada kesulitannya juga.
“Kemudahannya, Tim Khotbah Jangkep telah menyediakan tema, yang cukup membantu dalam mengarahkan penulisan,” ujar Pdt. Samuel, yang beberapa waktu lalu menghadapi tantangan pribadi ketika istrinya mengalami kecelakaan dan baru bisa beraktivitas kembali pada bulan Juni 2024.
Pdt. Meika Aditya Nugraha, S.Pd.K, menjelaskan bahwa Buku Khotbah Jangkep digunakan oleh GKJ di berbagai wilayah seperti DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, DIY Yogyakarta, dan Jawa Timur.
“Kami menyadari bahwa penulis harus meramu khotbah, agar dapat diakses oleh semua pengkhotbah, baik yang pendeta maupun non-pendeta yang tidak memiliki latar belakang ilmu hermeneutika. Sebagai pendeta jemaat di daerah, saya mendampingi penatua dan diaken dalam mempersiapkan khotbah. Hal ini dilakukan karena ada yang merasa kesulitan. Tidak semua tulisan dan tafsir mudah dipahami, Kadang ada yang sulit dipahami untuk konteks gereja kami.” ungkap Pdt. Meika.
Sementara itu, Pdt Rian Pandu Bagaswara M.Si sebagai editor menjelaskan bahwa mengedit harus memperhatikan kesuaian pokok tema dan isi. Selanjutnya mengkoreksi tulisan supaya tidak terjadi kesalahan. Untuk khotbah Bahasa Jawa, pengeditan lebih ke kata per kata, atau ejaan yang tepat.
Adapun penulis Buku Khotbah Jangkep 2025 adalah : Pdt. Wahyu Purwaningtyas, M.Si (GKJ Nusukan), Pdt. Samuel Juta Damar, S.Si (GKJ Cipta Wening), Pdt. Marya Sri Hartati, M.Th (GKJ Joglo), Pdt. Imanuel Geovasky, S.Si, MAPS (GKJ Karangbendo), Pdt. Wiji Astuti, M.Si (GKJ Salatiga), Pdt. Dr. Agus Hendratmo, M.Th (GKJ Nehemia), dan Pdt. Johan Kristantoro, M.Fil (GKJ Bekasi Timur).
Sedangkan Editornya: Pdt. Rian Pandu Bagaswara, M.Si (GKJ Wedi), Pdt. Dr. Sugeng Prihadi, M.Min, M.Th (GKJ Slawi) dan Pdt. Erni Ratna Yunita, M.Si (Bidang PWG).
Penulis dan editor dipilih bukan berdasarkan pemerataan wilayah, melainkan berdasarkan kapasitas dan kompetensi mereka sebagai penulis dan editor. Buku Khotbah Jangkep 2025 diharapkan dapat menjadi panduan yang efektif bagi gereja dalam menyampaikan Firman Tuhan. (sugeng ph)