Warta-gereja.com – Adiwerna-Kabupaten Tegal, Komisi Adi Yuswa Gereja-Gereja Kristen Jawa (GKJ) menggelar Peringatan Hari Lanjut Usia Nasional (HLUN) dan Hari Pentakosta dengan tema “Tetap Berkarya dan Berbuah di Yuswa Adi”. Kegiatan ini dilaksanakan di Aula Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri 1 Adiwerna pada Sabtu, 25 Mei 2024.
Sekitar 330 peserta yang hadir, diajak untuk menghayati keutuhan ciptaan Tuhan melalui ibadah teaterikal dan dramaturgi. Narasi penciptaan alam semesta oleh Tuhan, yang awalnya baik, kini mulai rusak akibat ulah manusia. Eksploitasi alam secara berlebihan demi keuntungan pribadi telah membuat bumi semakin merana.
Melalui refleksi pengakuan dosa, yang disertai dengan video pendek tentang kerusakan bumi, dan tarian yang menggambarkan ketidakpedulian manusia terhadap lingkungan, peserta diperhadapkan kondisi saat ini. Manusia membuang sampah plastik sembarangan ditempat yang seharusnya dijaga kebersihannya, dan bumi yang terus dieksloitasi tanpa krnal henti, semakin memperburuk kondisi alam. Perlu ada pertobatan bersama guna menyelamatkan bumi dari kerusakkan.
Ketua panitia, Ibu Siti Asiyah Wiranto, dalam sambutannya menegaskan pentingnya gerakan Go Green untuk mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan dan menjaga bumi.
“Kami melanjutkan seruan dari Sinode GKJ terkait ekologi. Salah satu tindakan untuk mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan adalah dalam kegiatan ini panitia tidak menyediakan air mineral dalam kemasan botol. Seluruh peserta dihimbau membawa tumbler masing-masing,” ucap Siti Asiyah di hadapan ratusan peserta.
Pdt. Trombin Naftaliyus, S.Si, selaku Ketua Badan Pelaksana Klasis (Bapelklas) XX Pekalongan Barat, juga menekankan tantangan bersama dalam menjaga keutuhan ciptaan. Trombin juga menjelaskan makna Pentakosta sebagai peristiwa turunnya Roh Kudus yang menyatukan iman dengan cinta tanpa mengenal batas usia. Dalam semangat kebersamaan itu, para Adi Yuswa diajak kembali merajut kebersamaan setelah lama tidak berkegiatan bersama karena pandemi COVID-19.
Pdt. Bernadus M. Eksilimawan, melalui khotbah dengan gaya dramaturgi bersama team punokawannya, menjabarkan Mazmur 92:13-16 tentang kehidupan adi yuswa yang diibaratkan sebagai pohon. Kalau semakin tua namun tidak kering, layu, atau mati. Justru diharapkan terus bertumbuh dan berbuah lebat. Meski tua, masih dapat berkarya, khususnya melalui keteladanan para Adi Yuswa.
“Adi yuswa harus mampu berkarya dan berbuah. Secara spiritual diwujudkan dalam berdoa, membaca Alkitab, beribadah, dan kegiatan baik lainnya. Keteladanan itu penting bagi jemaat lainnya. Semakin tua jangan ‘nggresula’, rewel, dan sulit diatur,” ujar Bernadus.
Salah satu relevansi keteladanan adi yuswa menurut Bernadus adalah menjaga kelestarian lingkungan, seperti tidak membuang sampah sembarangan, terutama sampah plastik yang sulit diurai. Membiasakan diri membawa tumbler adalah langkah kecil untuk meminimalisir sampah plastik, khususnya botol kemasan.
Dalam perayaan HLUN dan Pentakosta, masing-masing utusan dari enam gereja diberikan kesempatan menampilkan atraksi sebagai berikut:
– Utusan GKJ Moga menampilkan Tari Kreasi Baru,
– Utusan GKJ Brebes menampilkan Pantomim,
– Utusan GKJ Pemalang menampilkan Guyon Maton,
– Utusan GKJ Tegal menampilkan Gerak dan Lagu,
– Utusan GKJ Slawi menampilkan Drama Pendek dan Pujian Suka Cita Lansia yang dikarang oleh Pdt. Sugeng Prihadi dan dinotasikan oleh Bp. Joko Wigati,
– Utusan GKJ Mejasem menampilkan Musik dengan Iringan Barang Bekas.
Komitmen bersama peserta HLUN dan Pentakosta Komisi Adi Yuswa Klasis Pekalongan Barat diwujudkan dengan pemberian tanda simbolis berupa satu tanaman mangga dan satu tumbler kepada perwakilan utusan gereja.
Acara diakhiri dengan doa yang dipimpin oleh Pdt. Kristianto Himawan, S.Si, selaku pendeta jemaat GKJ Mejasem. (Sugeng Ph)