Warta-gereja.com – Slawi – Tampil menawan dengan balutan jas warna hitam. Clerical Colar warna putih disematkan pada krah baju, menunjukkan profesi luhur jabatan pendeta. Sosok seorang rohaniwan yang ditahbisan, menjadi hambaNya, dipilih dan diutus supaya berada diantara Tuhan dengan jemaatNya.
Pendeta muda yang belum berkeluarga. Berpenampilan santun. Taburan senyum dan tatapan mata berbinar, menandakan suka cita menghiasi hatinya yang bening. Itulah pendeta muda berwajah ayu bernama Pdt. Elizabet Emilia Putri, S.Si.
Pendeta yang lahir di Kota Purworejo pada tanggal 7 Juli 1992. Sebelum ditahbiskan sebagai pendeta, ia memiliki cita-cita menjadi Suster. Biarawati Katolik yang hidupnya selibat, supaya pelayanannya kepada Tuhan dilakukan secara totalitas. Tanpa memikirkan keluarga. Cita-cita luhur ini lahir dari perjumpaan di dalam dirinya yang sekolah di PIUS, Yayasan Katolik.
“Oleh karena kemurahan Tuhan Yesus, saya dipanggil dan dipilih, lalu diproses menjadi pendeta jemaat di GKJ Rewulu. Tanggal 3 Pebruari 2018 saya ditahbiskan dan dipersiapkan menjadi pendeta jemaat di GKJ Gamping. Tanggal 3 Desember 2023 dalam pendewasaan GKJ Gamping, saya resmi menjadi pendeta jemaat GKJ Gamping.” ujarnya kepada kru media diselingi tawa renyah membahana lewat telepon gengggamnya.
Mengapa dulu sempat terfikir ingin menjadi seorang biarawati? Elisabet menjelaskan, bahwa dalam hati kecilnya ia melihat ketulusan seorang suster yang melayani Tuhan. Perjumpaan spiritual itu melahirkan panggilan menjadi seorang suster. Totalitas mengabdi pada Tuhan, tanpa di bebani dengan urusan keluarga. Fokus melayani jemaat yang Tuhan percayakan padanya.
Panggilan itu semakin menggelisahkan hati. Seiring dengan perjalanan waktu, pemahaman berteologi semakin menep dengan pilihannya yang mantab,ia memutuskan mendaftarkan diri, sebagai calon mahasiswa teologi. Tepatnya di Fakultas Teologi Universitas Kristen Duta Wacana Yogyakarta. Jalur yang sesuai dengan agama Kristen. Menjadi pelayan atau menjadi pendeta.
“Yah saya kira inilah pilihan yang tepat bagi saya, tidak mungkin sebagai orang Kristen menjadi biarawati Katolik, namun demikian panggilan untuk hidup selibat dalam arti menjadi pendeta jemaat dan tidak menikah, menjadi keinginan ideal. Cara itu membuat pelayanan menjadi utuh dan holistik. Meskipun dalam ke Kristen an menjadi pendeta itu boleh menikah” kata pendeta berkulit bersih dan berambut lurus dengan moto hidup : Uripku Kudu Urup.
Bertema : Hati Yang Memancarkan Terang Kristus, Elisabet tampil menawan di depan ratusan jemaat GKJ Slawi. Penyampaian dalam berkhotbah yang dinamis dan riang, kadang di selipkan joke-joke lucu, menghanyutkan jemaat yang mendengarnya.
Menterjemahkan tema : Mewujudkan Hati Yang Memancarkan Terang Kristus, menurut Elizabet semua itu diawali dari hati dulu. Hati memiliki peranan penting. Menjaga hati dengan segala kewaspadaan, karena dari sanalah terpancar kehidupan (Amsal 4:23). Selanjutnya suasana hatipun akan membantu seseorang untuk melakukan yang baik dan benar tanpa terbeban.
“Suasana hati menentukan cara kita bertindak. Kalau hatinya sedang senang, mudah bagi kita melakukan hal hal yang baik dan menyenangkan, dan itu terasa ringan. Berbeda saat hati kita penuh masalah, atau diumpamakan seperti warna hitam peteng ndedet, rasanya berat dan terasa lama. Cukup menjenuhkan” papar Elisabet dalam khotbah, baik di depan jemaat GKJ Slawi maupun di depan jemaat Pep. Prupuk, pada Hari Minggu, 11 Pebruari 2024.
Sebagai pendeta tamu pada Tukar Pelayanan Ibadah Minggu di GKJ Slawi, ia merasa senang. Belajar hal hal yang baru pada jemaat yang dikunjungi. Termasuk rasa penasarannya yang ingin membunyikan lonceng gereja. Tanpa ada rasa sungkan, ia menarik tali lonceng. Gema lonceng diatas menara setinggi 15 meter berbunyi, menandakan ibadah akan dimulai. Terlihat dalam wajahnya kepuasan membunyikan lonceng terbayarkan.
Di tempat lain, Pdt. Sugeng Prihadi sebagai pendeta jemaat GKJ Slawi mengucapkan terima kasih atas kehadiran rombongan Majelis GKJ Gamping Yogyakarta dalam pelayanan TPIM.
“Atas nama jemaat dan Majelis GKJ Slawi, saya mengucapkan terima kasih pada Pdt. Elizabet yang hadir beserta rombongan, melayani ibadah secara utuh, Dari rasa penasaran bu Pdt. Elizabet yang ingin membunyikan lonceng, beriteraksi dengan jemaat, menyampaikan firman dengan bagus dan meninggalkan kesan yang baik. Kiranya apa yang dilakukan memberi dampak positif bagi jemaat GKJ Slawi” pungkas Sugeng.
Selanjutnya akan diadakan kunjungan balasan dari GKJ Slawi ke GKJ Gamping Yogyakarta sebagai wujud kebersamaan gereja gereja di aras Sinode GKJ dalam mensyukuri HUT 93 Tahun, dimana Tuhan terus menerus memelihara gerejaNya. (sugeng)