Warta-gereja.com – Salatiga, Salah satu bentuk ikatan kebersamaan Sinode Gereja-Gereja Kristen Jawa (GKJ) yang turut mewarnai HUT 93 Sinode GKJ adalah Tukar Pelayanan Ibadah Minggu (TPIM). Tahun 2024 ini, TPIM dilaksanakan 2 tahap. Tahap 1 dilaksanakan pada hari Minggu, 11 Pebruari 2024 dan tahap ke 2 dilaksanakan pada hari Minggu, 25 Pebruari 2024.
Menurut Sekretaris Sinode GKJ, Pdt Anugrah Kristian, M.Si penjadwalan TPIM dilakukan secara acak. Bukan penjadwalan by name atas nama pendeta, tetapi antar gereja. Masing-masing gereja yang sudah mendapat partner dapat saling berkoordinasi.
“Berdasarkan masukkan dari beberapa gereja-gereja dan adanya perubahan tempat pelayanan firman, kami merevisi Tukar Pelayanan Ibadah Minggu. Dengan revisi ini diharapkan gereja gereja saling berkoordinasi dengan partnernya” ungkap Anugrah melalui surat edaran tertanda nomor : SK/2023/B1/SB105/920.
Sejarah terbentuknya Sinode GKJ berawal dari Sidang Sinode GKJ yang pertama kali dilaksanakan pada tanggal 17 Februari 1931. Peristiwa tersebut kemudian ditetapkan sebagai hari lahir Sinode GKJ. Seiring dengan kebersamaannya, GKJ terus bertumbuh dan berkembang.
Pada tahun 2024, tepatnya pada tanggal 17 Pebruari genap berusia 93 tahun.
Salah satu bentuk ungkapan syukur Pdt. Yemima Widi Nurani, S.Si selaku Ketua Bidang Visitasi Sinode GKJ menjadwal TPIM. Hal ini dilakukan guna menyemarakkan HUT, supaya pendeta-pendeta bisa saling mengenal dan belajar dari ke khas an masing-masing GKJ.
“Ke khas an masing-masing GKJ merupakan kekayaan bersama. Tentu tidak dijumpai pada gereja dimana pendeta melayani di gereja asalnya. Pendeta satu dengan yang lain saling belajar dari best lesson di masing-masing GKJ” terang Yemima kepada kru media melalui whatshappnya.
Lebih lanjut, Yemima mengungkapkan ada yang menjadi kendala. Sebagian gereja-gereja tertentu masih ada yang menganggap TPIM itu menjadi beban. Berbiaya mahal, padahal esensi dari TPIM menjadikan cara GKJ bisa saling menopang satu dengan yang lain. Konkritnya GKJ yang kuat menanggung GKJ yang lemah.
Lalu bagaimana harapan dan kesan dengan diadakan TPIM? Ini kesan dan pesan dari beberapa pendeta yang terlibat di dalamnya.
Menurut Pdt. Digdo Putro Utomo, S.Si, selaku pendeta jemaat di GKJ Ngaringan Purwodadi, pada tanggal 11 Pebruari 2024 dijadwal melayani di GKJ Wonosari Gunung Kidul.
Menurutnya kegiatan ini memberikan semangat baru dalam pelayanan.
“Bagi saya, TPIM menjadi sarana belajar di GKJ lain. Ada penyegaran kembali dalam berkomitmen. Sepulang TPIM, melanjutkan pelayanan di mana Tuhan mempercayakan melayani di GKJ Ngaringan. Gereja yang selama ini saya dilayani.” kata Digdo yang ditahbiskan pada tanggal 10 Juli 2003 menjadi pendeta jemaat.
Sementara itu Pdt. Drs. K.R.A.T. Dwi Anggono, M.Pd.K, menjelaskan, dirinya akan melayani di GKJ Sruweng Kebumen. Dalam pengakuannya ia merasakan TPIM memberi kesempatan belajar di GKJ lain.
“Harapannya ke depan, TPIM perlu ditata dengan lebih baik lagi. Terus berlanjut jangan dihentikan” ungkap Anggono yang mendapat gelar sebagai abdi dalem dari Keraton Surakarta Hadiningrat.
Dalam pandangan Pdt. Apy Heni Hartiningsih, S.Th, M.Min, dirinya merasa berbahagia. Dengan TPIM, ia bisa berkunjung ke GKJ lain. Selain berkhotbah, ada sesuatu yang dapat dipelajari mengenai potensi, kekuatan, dinamika serta talenta jemaat yang dikunjungi.
“Rasanya senang, karena bisa khotbah di GKJ lain. Mewartakan Injil ke jemaat yang berbeda. Kalaupun ada hal yang bermanfaat ditemukan di GKJ tersebut, dapat diapdosi dan dikembangkan di gereja dimana saya melayani” tutur Apy alumni Faklutas Teologia UKDW Yogyakarta dan ditahbiskan sebagai pendeta jemaat GKJ Samirono Baru Yogyakarta.
Menurut pengakuan Pdt. Sukrisno Purwanto, S.Si, TPIM tidak hanya dirinya sebagai pendeta datang berkunjung ke GKJ yang ditunjuk. Rombongan Paduan Suara GKJ Ngaliyan Semarang ikut juga mendampingi dan tampil mempersembahankan puji-pujian di dalam kebaktian.
“Melalui kegiatan TPIM, menurut saya menjadi salah satu cara yang baik. Dapat bersilaturahim dan mengenal GKJ lain di luar aras klasis. Selain itu dapat digunakan belajar hal-hal baik dalam pelayanan gerejawi. Sekiranya ada yang bisa diadopsi, serta diolah dapat diambil untuk pengembangan pelayanan di GKJ masing-masing” papar Sukrisno.
Menurut Ketua Bidang Pembinaan Warga Gereja (PWG) Sinode GKJ, Pdt Erni Ratna Yunita, S.Th, M.Si, dirinya memiliki harapan dengan TPIM bisa belajar dalam bertukar pelayanan di GKJ lain. GKJ yang sebelumnya belum pernah dijumpai. Saling berelasi antara satu dengan yang lain.
“Penjadwalan TPIM untuk ke depan kiranya bisa lebih merata. Tahun lalu kami TPIM dengan GKJ Condongcatur Yogyakarta. Rasanya senang sekali. Jarak yang tidak terlalu jauh memungkinkan kami bisa mengajak remaja pemuda ikut. Mereka bisa bertemu dengan teman-teman baru dan mendapat pengalaman baru”. tutur Erni yang dipanggil menjadi pendeta jemaat GKJ Tengahan Kebumen.
Menemukan hal hal baru dan belajar bersama dengan jemaat dirasakan juga oleh Pdt. Dr. Ir. Achmad S. Wiratmo, S.Th, M.Min selama TPIM.
“Saya sebagai pendeta dan saat melayani di GKJ lain, mendapat pengalaman baru. Ada hal hal unik serta menarik yang saya temukan dan dapat dikembangkan nanti di GKJ Pemalang” pungkas Wiratmo yang sebentar lagi akan memasuki emeritus. Tepatnya pada tahun 2025.
Dari kesan dan pesan beberapa pendeta, tersirat pembelajaran yang baik, saat mengenal dan belajar pada GKJ melalui TPIM.
Ditemukan konteks, tantangan dan dinamika yang berbeda beda di setiap GKJ. Maka tidak salah, bila TPIM menjadi salah satu bentuk pembelajaran bersama para pendeta, guna memahami keberadaan GKJ yang lain. (sugeng)