Fair use, https://id.wikipedia.org/w/index.php?curid=1048749
Warta-gereja.com – Cikal bakal Gereja Toraja berawal dari benih injil yang ditaburkan oleh guru-guru sekolah Landschap (anggota Indische Kerk-Gereja Protestan Indonesia), yang dibuka oleh pemerintah Hindia Belanda pada 1908. Para guru ini berasal dari Ambon, Minahasa, Sangir, Kupang, dan Jawa.
Atas pimpinan dan kuasa Roh Kudus, terjadilah pembaptisan yang pertama pada 16 Maret 1913 kepada 20 orang murid sekolah Lanschap di Makale oleh Hulpprediker F. Kelleng dari Bontain. Pemberitaan injil kemudian di lanjutkan secara intensif oleh Gereformerde Zendingsbond (GZB) yang datang ke Tana Toraja sejak 10 Nopember 1913.
GZB adalah sebuah badan zending yang didirikan oleh anggota-anggota Nederlandse Hervormde Kerk (NHK) yang menganut paham gereformeerd. Injil yang ditaburkan oleh GZB di Tana Toraja tumbuh dan dibina oleh GZB selama kurang lebih 34 tahun lamanya. Paham teologi GZB yang pietis itu banyak mempengaruhi paham teologi warga Gereja Toraja sampai saat ini.
Pada 1947 terjadilah babak baru dalam sejarah penginjilan di kalangan masyarakat Toraja. Pada 25-28 Maret 1947 diadakan persidangan Sinode I di Rantepao yang dihadiri oleh 35 utusan dari 18 Klasis.
Sidang Sinode I ini memutuskan bahwa orang-orang Toraja yang menganut agama Kristen bersekutu dan berdiri sendiri dalam satu institusi gereja yang diberi nama Gereja Toraja.
Dalam rangka membina persekutuan, kesaksian dan pelayanannya sejak berdiri sendiri Gereja Toraja telah mengalami banyak pergumulan, baik yang berasal dari dalam dirinya sendiri (faktor internal), maupun yang berasal dari luar (farktor eksternal).
Dalam arak-arakan gerakan oikoumene GT juga menjadi gereja pelopor karena termasuk anggota PGI pertama yaitu pada 25 Mei 1950. Pada 25 Maret 1947, jemaat-jemaat sepakat membentuk suatu organisasi gereja yang bernama Gereja Toraja dalam sidang Majelis Am yang pertama di Rantepao.
Gereja Toraja dipimpin oleh pengurus yang disebut Badan Pekerja Sinode (BPS). BPS Gereja Toraja berkedudukan di Tongkonan Sangullele Gereja Toraja, di Rantepao. BPS Gereja Toraja dipilih oleh Sidang Sinode Am yang dilaksanakan (lima) tahun sekali. Personil BPS dipilih secara langsung oleh para utusan persidangan yang datang dari 89 Klasis. BPS menjalankan tugas memimpin Gereja Toraja berdasarkan mandat keputusan Sidang Sinode Am.
Sejak berdiri sebagai sebuah sinode mandiri, 25 Maret 1947, Gereja Toraja sudah 24 kali melaksanakan Sidang Sinode Am. Yang terbaru adalah Sidang Sinode Am XXIV, yang berlangsung selama 8 hari, tanggal 20–27 Juli 2016, bertempat di Makale.
Dalam Sidang Sinode Am XXIV ini, ditetapkan struktur baru BPS Gereja Toraja yang terdiri atas: Ketua Umum, Ketua I (Bidang Pembinaan Warga Gereja dan Pekabaran Injil), Ketua II (Bidang Ajaran dan Kapasitas Pelayanan), Ketua III (Bidang Pendidikan, Kesehatan, Ekonomi, dan Aset), Ketua IV (Bidang Sosial Politik, Hukum, dan Kemitraan), Ketua V (Bidang Organisasi Intra Gerejawi), Sekretaris Umum, Wakil Sekretaris Umum dan Bendahara Umum.
Berikut adalah Badan Pekerja Sinode (BPS) Gereja Toraja periode tahun 2021–2026 yang merupakan hasil Sidang Sinode Am XXV di Kanuruan sebagai berikut:
- Ketua Umum: Pdt. Dr. Alfred Yohanes Rantedatu Anggui, M.Th.
- Ketua I: Pdt. Suleman Allo Linggi, S.Th., M.Si.
- Ketua II: Pdt. Musa Sikombong, M.Th.
- Ketua III: Pnt. Ir. Yance Nempo Tangkeallo
- Ketua IV: Pnt. Dr. Ir. Theo Kristian Seleng, M.M.
- Ketua V: Pdt. Yusuf Paliling, M.Th.
- Sekretaris Umum: Pdt. Dr. Christian Tanduklangi, M.Th.
- Wakil Sekretaris Umum: Dkn. Yunus Buana Patiku, S.E., S.K.M.
- Bendahara Umum: Pnt. Ny. Evalina Popang, S.E.
Menjadi Anggota PGI: 25 Mei 1950
Berdiri: 25 Oktober 1947
Telepon: (0423) 21460, 21539, 21612, 21742 | Fax: (0423) 25143
e-Mail: bpsgetor@gmail.com
Alamat kantor sinode: Jln Jendral A. Yani 45 Rantepao, Tana Toraja 91831, Sulawesi Selatan
Sumber : https://pgi.or.id/sinode-gereja-anggota-pgi/